Senyuman Keajaiban

 Siang ini begitu terik, matahari seolah benar-benar ingin menonjolkan cahayanya.

Banyak sekali orang yang mengeluh panas, termasuk Asih - karyawan Kedai Mini- yang sejak pagi tadi wajahnya begitu muram.

“Huuhhh panasnya,” keluh Asih seraya mengipasi dirinya dengan koran di tangannya.

Bu Mini menghampirinya, “kenapa toh sih, daritadi ibu perhatiin kamu kok cemberut terus?”

Asih gelagapan, “eh enggak kok bu, ini hari ini panas banget rasanya seperti kebakar ya bu.”

“Ada pelanggan bu, Asih layani mereka dulu, permisi bu.”

Dua orang berpakaian mewah datang ke Kedai Mini, dalam hati Asih menggerutu, “pasti mereka mau pamer dan nge vlog kayak pelanggan kemarin.”

Asih datang menghampiri mereka dengan setengah dongkol karena pakaian mereka terlihat mencolok di siang terik ini.

Bagaimana tidak, mereka memakai pakaian warna kuning terang dengan merah menyala serta beberapa aksesoris yang tampak berkilauan, entah emas atau berlian berapa karat perhiasan yang mereka pakai itu.

“Selamat siang, ini buku menunya.” Asih menginterupsi mereka yang sedang asyik berfoto ria.

Seorang perempuan memakai bando mengambil buku menu yang disodorkan Asih.

“Kami pesan-”

“Emm kami pesan makanan dan minuman paling mahal disini.” Perempuan yang memakai kacamata ungu menginterupsi temannya untuk menyebutkan pesanan mereka.

Asih kembali mencibir dalam hati, “orang kaya mah bebas.”

“Baik ditunggu pesanannya.”

Asih beranjak darisana sembari menggerutu, “kami pesan makanan dan minuman paling mahal disini.”

“Yaelah emang makanan yang paling mahal itu enak? Kan mereka belum tahu. Lagipula makanan disini kan enak-enak, mereka aja yang belum tahu makanan di Kedai Mini itu enak.”

“Hush Asih nanti kalau kedengaran mereka bagaimana.”

Mendengar ucapan Bu Mini Asih langsung mengunci mulutnya dan melanjutkan perjalanan ke dapur.

Bu Mini kembali memperhatikan dua orang tadi yang di layani Asih.

Kali ini Bu Mini sendiri yang mengantar pesanan ke meja mereka.

“Permisi, ini pesanannya, dua buah soto babat spesial dengan jus alpukat spesial.”

“Soto babat?”

Perempuan berkacamata ungu melepaskan kacamatanya dan memperhatikan hidangan yang Bu Mini sajikan di meja.

Hidungnya mengendus-ngendus hidangan itu.

“Hus nin, makanan ini loh kok di endus begitu.”

Temannya menegur karena tak enak Bu Mini masih disana memperhatikan kelakuan mereka.

“Apa pesanannya ada yang kurang?” Tanya Bu Mini dengan senyuman di akhir pertanyaannya.

“Enggak bu, terimakasih.”

Bu Mini pamit undur diri, tetapi sebelum itu dia mendengar percakapan dua orang tersebut.

“Lah kedai viral apaan ini, menu termahalnya hanya soto babat mana baunya gak kalah dengan warung kaki lima.”

“Lagian kamu sih gak nanya dulu tadi pesen makanan.”

“Lah kok nyalahin aku, kan tadi pelayan itu gak sebutin juga menunya.”

Bu Mini kembali lagi ke meja mereka, “apa ada yang salah dengan makanannya?”

“Kalau memang kalian tidak menyukainya, kami akan ganti dengan menu lainnya?” Lanjut Bu Mini dengan senyum ramahnya.

Perempuan yang tidak memakai kacamata hanya menggeleng, sebaliknya permpuan yang telah melepaskan kacamata ingin menunya diganti karena dia kurang suka dengan hidangan tersebut.

“Baiklah apa ada pesanan lain lagi selain nasi goreng spesial?”

“Sudah itu saja bu.”

Bu Mini kembali ke dapur dan mminta Asih untuk membuatkan sebuah nasi goreng spesial untuk mereka sebagai bonus.

“Bu apa-apaan sih, orang seperti mereka kok dikasih bonus.”

“Sudah gak apa-apa buatkan saja Sih, siapa tahu nanti mereka jadi langganan disini.”

Dengan setengah hati Asih membuatkan nasi goreng itu dan kembai ke meja tersebut untuk memberikan hidangannya, tatapan Asih kali ini menajam seolah ingin berperang dengan mereka.

Bu Mini kembali menegur Asih yang tidak berlaku baik kepada pelanggan.

“Mereka itu pelanggan kita Sih, baik buruknya mereka kita harus tetap memperlakukannya dengan baik. Urusan mereka berlaku baik atau enggak sama kita bonus, yang terpenting kita bisa berlaku baik sama mereka.”

“kan gak ada ceritanya toh orang yang berlaku baik nasibnya menjadi buruk.”

Dalam hati Asih membenarkan ucapan Bu Mini, dia juga bukannya tidak ingin berbuat tidak baik kepada mereka, hanya saja Asih merasa tidak adil dengan mereka.

“Asih dinasihatin kok malah melamun.”

“Eh anu bu, apakah besok Asih boleh ijin?”

“Ijin?”

“Iya Bu, Asih mau bawa ibu berobat ke rumah sakit karena sudah tiga hari sakitnya gak sembuh-sembuh.”

“Innalillahi, kamu kok gak bilang kalau ibumu sakit sih.”

Asih hanya tersenyum kikuk, tidak enak rasanya mendapat belas kasihan dari oranglain.

Dua orang pelanggan berwajah asing datang ke Kedai Mini, Asih buru-buru menghampiri mereka, kali ini dengan senyum merekah karena mengingat pesan dari Bu Mini tadi.

“Asih yang terpenting dalam melayani pelanggan itu senyum karena senyuman dapat membawa kita pada hal-hal yang baik. Apapun kondisimu, jika di hadapan orang asing apalagi seorang pelanggan jangan lupakan senyum. Senyuman yang tulus dan ikhlas akan membawa pada keberkahan.”

Kali ini Asih dengan manta melangkah dengan senyum merekah.

“Selamat siang, ini menu spesial hari ini silahkan dipilih.”

Seorang bule yang wajahnya mirip artis korea mengernyit ketika melihat mnu-menu yang ada.

“Ssotto Ayam Maddd madd?”

“Madura.” sambung Asih

“What is mean?”

Asih menatap kedua bule itu dengan penasaran.

Asih tidak pandai berbahasa asing, meskipun sering menonton drama atau film asing tetap saja dia tidak mengerti bahasa mereka.

“Apa itu?” Bule berbaju mereah seolah menerjemahkan ucapan temannya pada Asih.

“Oh itu adalah makanan berkuah dengan bumbu khas Madura yang diisi dengan ayam suwir, bihun, kol dan telur.”

Temannya pun menjelaskan dengan bahasa asing yang dapat di mengerti oleh bule berbaju merah sesuai dengan penjelasan Asih tadi.

Setelah menyebutkan pesanan Asih langsung eksekusi ke dapur dan kembali lagi ke meja tersebut setelah hidangnnya jadi.

Harum kuah soto yang menyengat, membuat dua orang bule itu tertarik dan segera mencicipinya.

“Wow amazing, this is verygood.” bule berbaju merah memberikan acungan jempol kepada Asih.

Asih hanya ngangguk-ngangguk dan tersenyum lebar karena sepertinya dua orang bule tersebut puas dengan hidangan di Kedai Mini.

Asih kembali ke dapur dengan wajah berseri, Bu Mini yang melihat tingkah Asih hanya menggeleng-geleng kepala saja.

Asih kembali menghampiri meja mereka ketika dua bule itu ingin pulang, selain mengucapkan terimakasih mereka juga memberikan tip buat Asih.

Berkat Asih yang sudah memperkenalkan mereka dengan makanan enak serta melayani mereka dengan baik, sehingga membuat mereka yang baru berkunjung kesana merasa terkesan.

“Nice too meet you Asih.”

“Yes mister.”

Asih menggenggam kartu nama yang diberikan mister tersebut kepadanya.

Tadi mister itu menyebut dirinya seorang dokter yang sedang berkunjung ke Indonesia, dan dia dengan senang hati akan melayani Asih apabila Asih berkunjung ke rumah sakit temapt mereka dinas selama di Indonesia.

Tentu saja Asih senang bukan main, apalagi besok dia akan membawa ibunya ke rumah sakit siapa tahu bisa bertemu dengan dokter bule itu agar asih bisa berkonsultasi lebih banyak mengenai penyakit ibunya.

Asih menyimpan kartu nama itu di saku celananya dengan baik, dia ingin menjaga sesuatu berharga yang mungkin dibutuhkan suatu hari nanti.

Bu Mini kembal ternyum melihat Asih.

Hal kecil seperti tersenyum pun biisa membuahkan jalan menuju keajaiban. Senyumlah dengan ikhlas dan bersapalah dengan tutur kata yang baik.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nikmati Perjalanan Menarik Tanpa Takut Dengan Asuransi Perjalanan MPM Insurance

Ciri Laki-laki Red Flag Yang Harus Anda Hindari

Some Things to note when becoming a copywriting Paketkan in a Surabaya Region