Menua Bersama Royal Golden Eagle : Kurangi Limbah Dengan Memakai Produk Ramah Lingkungan

 Apa Pentingnya Sustainable Living?

Masalah banjir Jakarta yang belum terpecahkan hingga sekarang, kini muncul masalah baru yaitu polusi karena cuaca yang tidak menentu dan banyaknya kendaraan di kota Metropolitan itu.

Mungkin bumi sudah lelah dengan manusia yang selalu melakukan pembangunan, tidak peduli terhadap lingkungan, dan selalu menyebabkan kerusakan seperti polusi air atau udara.

Dampak kerusakan lingkungan yang masih belum bisa di atasi ini tentunya menjadi kekhawatiran kita semua. Karena itu kini mulai diterapkannya hidup pembatasan sampah plastik di kehidupan sehari-hari.

Namun, muncul kasus baru. Orang-orang yang berkomentar negatif tentang hal ini menganggap bahwa hidup itu ribet. Pergi ke supermarket perlu membawa tas belanja, padahal harga plastik hanya Rp. 200,-.

Akan tetapi, ini bukan perihal harga plastik yang hanya Rp. 200,-, tetapi juga akan kepedulian kita kepada lingkungan. Salah satunya dengan mencegah semakin banyaknya sampah plastik.

Sampah plastik sudah banyak ditemukan di pantai bahkan jumlah yang terkumpul bisa ber ton-ton setiap harinya, sampai akhirnya merusak ekosistem laut yang menjadi sasaran sebagai pembuangan akhir.

Kerusakan lingkungan baik pantai ataupun lingkungan sekitar kita bukanlah tanggung jawab sebagian orang saja, tetapi merupakan tanggung jawab semua orang mahluk hidup yang ada di bumi.

Bukankah saat sekolah dulu sering diajarkan simbiosis mutualisme?

Manusia tidak bisa hidup tanpa tumbuhan yang mampu menampung karbondioksida dan manusia juga membutuhkan oksigen, begitu juga tumbuhan membutuhkan karbondioksida. 

Lantas, kenapa sulit sekali rasanya untuk menjaga bumi yang sudah semakin tua ini?

Bahkan pemerintah sudah merencanakan SDGs sebagai bentuk kepedulian terhadap bumi yang sudah banyak mengalami perubahan.

Sudah banyak perusahaan yang menerapkan hidup berkelanjutan dalam membuat suatu produk. Tetapi untuk menunjang sustainable living memang tidaklah bisa instan prosesnya. 

Seperti pada contoh bagaimana orang-orang mulai menerapkan membawa wadah sendiri, daripada memakai plastik yang telah disediakan oleh penjual.

 

Oleh karena itu, sejak mulai di terapkan SDGs, Royal Golden Eagle yang fokus prusahaannya pada industri pengelolaan sumber daya alam, mulai merancang sebuah produk untuk mewujudkan sustainable living

https://www.sateri.com/about-royal-golden-eagle-rge/

Sejak tahun 2015, APRIL selaku bagian dari RGE berkomitmen untuk hidup berkelanjutan melalui Kebijakan Pengelolaan Hutan Berkelanjutan. Dimana salah satu programnya itu adalah komitmen untuk menghentikan penebangan kayu keras campuran.

Program tersebut kembali di kembangan melalui APRIL 2030 dengan lebih mengedepankan dampak positif dari hasil produk mereka untuk petani, masyarakat, dan lingkungan serta tetap memperhatikan pertumbuhan berkelanjutan.

Sebelum lebih lanjut membahas keberlanjutan lebih dalam, mari mengenal Royal Golden Eagle yang terkenal dengan produknya PaperOne.

Royal Golden Eagle

Royal Golden Eagle atau RGE merupakan perusahaan yang bergerak di industri sumber daya alam berkelanjutan. Industri yang di kelolanya antara lain serat, pulp dan kertas (APRIL), industri pertanian (Asian Agri), bubur ulp dan serat viscose (Sateri Holdings Limited), dan pengembangan sumber daya energi (Pacific Oil dan Gas).

Sukanto Tanoto yang merupakan pendiri RGE  menerapkan prinsip tanggung jawab kepada masyarakat, planet dan laba. Ketiga hal itu sudah terbukti dengan beberapa program yang terus berkembang setiap tahunnya, salah satunya program berkelanjutan yang berkesinambungan dalam jangka pendek serta panjang bagi bumi.

Untuk mendukung program berkelanjutan tersebut, RGE mewajbkan semua anak perusahaannya untuk menggunakan bahan baku utama yang berasal dari sumber-sumber terpercaya. Misalnya, APRIL (Asia Pacific Resources International Holding Ltd) yang menggunakan kayu yang mereka tanam sendiri sebagai pemasok. Pohon yang digunakan ialah pohon jenis akasia dimana pohon ini sering dijumpai di Indonesia.

Pohon dengan siklus panen yang cepat dan juga bisa memperbaiki tanah. Dengan suhu Indoesia yang cenderung hagat serta menggunakan jenis pohon tersebut setidaknya jangka waktu yang diperlukan sampai panen adalah enam tahun.

Perlukah Paper Upcycling?

Meskipun kertas sudah jarang digunakan karena menggunakan digital, tetapi tetap saja masih di butuhkan dan peminatnya juga masih ada sampai beberapa dekade ke depan.

Seperti bulan Juli kemarin identik dengan masuk sekolah anak usia 6-18 tahun. Pada saat seperti ini tentunya permintaan kertas menjadi naik dan limbah kertas juga melonjak naik. Lantas bayangkan betapa banyak kertas yang telah menjadi limbah setiap tahunnya.

Saat itulah perlu memperhatikan paper upcycling, kertas-kertas yang sudah dipakai memang terkadang sulit untuk di manfaatkan kembali selain sebagai wadah bungkus.

Meski limbah kertas lebih mudah terurai dibandingkan sampah plastik, tetap saja jika dibiarkan secara terus-menerus kemungkinan bisa menyebabkan kerusakan lingkungan itu ada, apalagi jika suatu perusahaan yang memproduksi kertas itu tanpa melakukan penanaman kembali.

Tidak mudah memang jika ingin melakukan paper upcycling, tetapi kita bisa memulainya dengan membeli produk-produk yang memang ramah lingkungan, mudah terurai, atau bisa memanfaatkan limbah kertas.

Meskipun sekarang masuk dalam era digital, tetapi dalam kehidupan sehari-hari kita tetap tidak bisa dari yang namanya kertas, baik berupa tisu, ataupun kertas hvs. Dengan membeli barang yang ramah lingkungan setidaknya kita bisa mengurangi limbah kertas yang terus naik setiap tahunnya, apalagi dengan merebaknya pembelian online yang tentunya membutuhkan kardus atau kertas pembungkus

https://www.aprilasia.com/en/about-royal-golden-eagle-rge

Salah satu produk APRIL yaitu PaperOne yang merupakan produk kertas telah menggunakan bahan dari kayu yang menggunakan prinsip berkelanjutan. Hal ini juga tidak terlepas dari APRIL yang memang memproduksi sendiri kayu tersebut di Riau.

Mengenal Sustainable Fashion

Sadar atau tidak penggunaan fashion ini semakin marak, apalagi pasar berlomba-lomba untuk mendapatkan pelanggan. Tetapi, pasar juga tidak akan produksi besar-besaran jika tidak ada peminatnya

Jadi, siapa yang akan bertanggungjawab atas pencemaran limbah fast fashion?

Ternyata banyak sekali pantai di Indonesia yang menjadi pembuangan limbah pakaian, salah satunya pantai di Banten yang kemudian menjadi viral karena menjadi pantai terkotor di Indonesia.

Tidak dapat dipungkiri, pakaian merupakan sandang yang memang dibutuhkan oleh setiap manusia. Setiap orang butuh pakaian, setidaknya satu atau dua helai baik dipakai sebagai fungsinya atau sekarang lebih sering dipakai berdasar gaya atau lifestyle.

Namun, pernakah kita menyadari bahwa banyak sekali pakaian yang belum ramah lingkungan dan mengandung bahan kimia berbahaya sehingga membutuhkan waktu ratusan tahun untuk terurai

Sudah disinggung bahwa sekarang marak pembelian pakaian, hal ini juga dipengaruhi oleh pembelian pakaian dari berbagai platform online. Pembeli cenderung mudah tergiur ketika melihat diskon yang besar-besaran, dan orang yang tadinya tidak punya kebutuhan untuk membeli pakaian menjadi ikut membeli karena diskon.

Daya saing yang semakin ketat antara perusahaan membuat semua orang berlomba memikirkan cara bagaimana agar pakaian mereka laku di pasaran. Tetapi terkadang mereka lupa bagaimana cara untuk mengurangi dampaknya bagi lingkungan?

Pakaian seperti nylon dan polyster mengandung bahan plastik yang sulit terurai di tanah, bahkan perlu puluhan tahun agar bisa terurai. Salah satu pengurangan limbah pakaian yaitu dengan thrifting.

Namun, hal ini kembali lagi pada pilihan masing-masing individu dan pakaian yang akan di thrifting. Pakaian layak pakai masih bisa untuk dijual kembali, tetapi apabila sudah rusak, tentu saja membuangnya adalah pilihan terbaik.

Mari kembali analogikan mengenai pembelian pakaian ini, apabila sebagai umat muslim biasanya membeli pakaian saat hari raya, anggap saja satu set. Dalam satu keluarga ada 4 orang. Berarti pada saat hari raya itu, keluarga tersebut membeli 4 set pakaian baru.

Sudah ada 4 pakaian baru dalam satu keluarga, lantas apabila dalam satu kampung ada 800 kepala keluarga, bisa kita bayangkan betapa banyaknya jumlah pakaian baru tersebut. Dan itu terus terjadi setiap tahun, lalu baju mereka yang tidak terpakai akan menjadi limbah setiap tahunnya.

https://www.sateri.com/about-royal-golden-eagle-rge/

Itu hanya perumpamaan dalam satu tahun di sebuah kampung. Belum termasuk dalam jajaran yang lebih tinggi. Mungkin jika di kalkulasikan, akan ada puluhan  juta ton per tahun dari limbah tekstil.

Salah satu bentuk kepedulian Royal Golden Eagle pada lingkungan yaitu dengan menerapkan sustainable fashion dimana produk yang dibuat yaitu dari bahan yang mudah terurai, seperti serat viscose.

Viscose merupakan salah satu jenis kain yang biasa dikenal sebagai rayon. Kain rayon semi sintetis ini terbuat dari pulp kayu. Tetapi, proses dari pulp kayu untuk bisa menghasilkan kain tidak semudah itu.

Perlu pertimbangan bahwa serat kayu ini bisa menjadi salah satu opsi dalam fashion berkelanjutan. Pada prosesnya tidak hanya bahan saja yang menjadi pertimbangan sebagai bahan baku utama yang alami dan mudah terurai, tetapi juga bagaimana proses pembuatan produk dari bahan mentah menjadi bahan jadi yang siap pakai dan ramah lingkungan.

APR di bawah naungan RGE mengelola selulosa kayu menjadi kain rayon dengan menjalankan proses manufaktur loop tertutup sehingga dapat memulihkan bahan kimia yang digunakan pada saat proses produksi.

Penggunaan pewarna juga patut di perhatikan, menggunakan pewarna alami tentu saja perlu melibatkan banyak pihak dan metode yang berbeda. Seperti yang dilakukan APR yaitu bermitra dengan produsen kain batik tradisional.

Rangkaian proses pembuatan dari kayu yang diubah menjadi serat juga tidak kalah rumit, perlu beberapa tahap agar kayu bisa menjadi sebuah kain rayon. Kayu diolah terlebih dahulu menjadi bubur kayu dan akan membentuk larutan bubur kayu cokelat.

Bubuk pulp cokelat inilah yang kemudian dicuci, dibersihkan, dan diputihkan serta dicampur dengan karbon disulfida. Kemudian dilarutkan dalam natrium hidroksida dan menjadi larutan viscose. 

Kain rayon yang digadang-gadang mirip sutra ini memang memiliki banyak manfaat. Selain mudah terurai juga bisa menyerap keringat. Selain itu bahan rayon cenderung ringan daripada katun.

Namun, kelemahannya kain ini mudah kusut dan bisa menyusut. Terlebih lagi bisa memudar apabila terkena matahari.

Apakah sudah mulai tertarik untuk melakukan hidup berkelanjutan dengan menerapkan paper upcycling dan sustainable fashion bersama dengan RGE? 

Tentu semua hal juga bermula dari hal kecil yang kemudian akan membesar di kemudian hari, besar harapan bumi akan tetap terjaga lingkungannya. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Nikmati Perjalanan Menarik Tanpa Takut Dengan Asuransi Perjalanan MPM Insurance

Ciri Laki-laki Red Flag Yang Harus Anda Hindari

Some Things to note when becoming a copywriting Paketkan in a Surabaya Region